Sabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi
istilah bahasa Melayu. Asal katanya adalah "shabara", yang membentuk
infinitif (masdar) menjadi "shabran".
Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Di
antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi [18]: 28 “Dan tahanlah dirimu bersama
dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan
mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.”
Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah),
sebagaimana di dalam firman Allah QS. Ibrahim [14]: 21, “…sama saja bagi kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak
mempunyai tempat untuk melarikan diri.”
Firman Allah :
“Hai orang-orang yang
beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan solat, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153).
“Maka bersabarlah kamu
seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan
janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…” (Al-Ahqaf: 35)
"Dan orang-orang yang bersabar dalam
kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Baqarah:
177)
“Dan Allah mencintai
orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)
“Dan bersabarlah kamu,
kerana sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal:
46)
“Dan para malaikat
masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan
atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]:23-24)
Hadis tentang sabar :
Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari
Abdullan bin Mas’ud berkata”Seakan-akan aku memandang Rasulullah saw.
menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah,
kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah
dosa kaumku, kerana sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari)
Rasulullah pernah menggambarkan dalam sebuah hadis; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun
orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair
bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai
Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak
mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya
kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih
baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada
telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).Rasulullah mengungkapkan, “…dan kesabaran
merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)
Rasulullah pernah menggambarkan: “…barang siapa yang
mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya
seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)
Dari Anas bin Malik
ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah
berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia
bersabar, maka aku gantikan syurga baginya’.” (HR. Bukhari)
Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, kerana segala
urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat
kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia
bersyukur, kerana (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik
untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, kerana (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR.
Muslim)Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Urusan orang mukmin itu sungguh mengagumkan, semua hal
baik baginya, dan itu hanya terjadi pada orang yang beriman. Jika memperoleh
kesenangan dia bersyukur dan itu baik baginya, dan jika ditimpa kesusahan dia
bersabar dan itu baik baginya." (HR. Bukhari Muslim).
Kita jarang, atau kurang atau bahkan sama sekali tidak menyadari
bahwa yang dikatakan sabar atas segala musibah adalah mereka yang bisa bersabar
disaat menghadapi masalah pertama sekali datang, bukan setelah itu. Hal ini dapat
kita lihat dari sebuah hadis, dari cerita seorang ibu yang menghadapi musibah
akan kematian keluarganya, saat itu Rasulullah memberikannya nasihat agar
bersabar, apa kata perempuan itu pada Rasulullah: ”Anda tidak tau apa-apa”,
setelah rasulullah menghilang, diberitahukanlah kepada [perempuan itu bahwa
yang menegurnya tadi adalah Rasulullah, dan ia datang kepada Rasulullah, apa
jawab Rasulullah: ”Sesungguhnya dinamakan kesabaran itu adalah sabar ketika
menghadapi goncangan yang pertama sekali.”
Macam-macam Sabar
Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama
ini dipahami oleh orang mengenai kata sabar. Imam al-Ghazali berkata, “Bahwa
sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fisikal), seperti menanggung beban
dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronik. Yang kedua
adalah al-shabru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan
tuntutan-tuntutan hawa nafsu. Bentuk kesabaran ini (non fisikal) beraneka
macam, yaitu:
a) Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan
kemaluan disebut iffah
b) Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, sebaliknya
adalah keluh kesah.
c) Jika sabar di dalam suasana serba berkecukupan disebut
mengendalikan nafsu, sebaliknya adalah keadaani yang disebut sombong (al-bathr)
d) Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut
syaja’ah (berani), sebaliknya adalah al-jubnu (pengecut)
e) Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah
lembut (al-hilmu), sebaliknya adalah tadzammur (emosional)
f) Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum
(penyimpan rahasia)
g) Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud,sebaliknya adalah
al-hirshu (serakah)Ibnul Qoyyim mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar
adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh
serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga
macam, yaitu sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari maksiat, dan
sabar dari cobaan Allah.”
Realiti kehidupan seharian kita, adakah kita mampun menjadi
seorang yang sabar, jika tidak cuba kita muhasabah diri kenapa kita tidak
memapu menjadi hamba Allah yang punyai sifat penyabar, dengan kata lain kita
masih lagi di pengaruhi oleh nafsu amarah dan tergopoh gapah dalam melakukan
apa jua tindakan. Untuk itu marilah kita sama-sama bersuha dan berdoa semoga di
beri sifat sabar dalam menghadapai dugaan Allah dan dalam menjalani kehidupan
di dunia ini. Insya Allah.
Wallahu'alam
Sumber : Mahabbah
fillah
No comments:
Post a Comment
Thanks for your comments, I will reply soon.