Keagungan
Surah Al-Fatihah
Setiap orang Islam yang taat kepada ajaran agama, sudah
pasti akan menghafar surah Al-fatihah. Al-fatihah adalah 7 ayat yang di wajib
dibaca dalam solat 5 waktu sehari semalam. Kanak-kanak yang terdidik oleh
keluarga muslim semenjak dari kecil lagi telah dilatih untuk menghafal surah
Al-Fatihah. Inilah surah agung yang sentiasa dibaca oleh seluruh umat Islam di
serantau dunia setiap hari di sepanjang zaman dan ianya akan berterusan
sehingga hari kiamat. InsyaAllah.
Al-Fatihah artinya “pembuka” berasal dari kata fatiha-yaftahu
yang artinya “membuka sesuatu untuk mencapai kejayaan atau kemenangan”. Sesuai
namanya, surah ini merupakan pembukaan dari Kitabullah Alquran yang terdiri
dari 30 Juz dan 114 Surah itu. Al-fatihah hanya terdiri dari 7 (tujuh) ayat
yang kandungannya merupakan intisari seluruh Alquran. Kerana itu dinamakan juga
Ummul Quran (induk Alquran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab). Surah Al-Fatihah
(Pembukaan) yang diturunkan di Mekah adalah surah yang pertama-tama diturunkan
dengan lengkap diantara surah-surah yang ada dalam Alquran dan termasuk
golongan surah Makkiyyah.
Keistimewaan Tujuh Ayat yang Dibaca Berulang-ulang
Sungguhpun hair
semua umat muslim membaca dan hafal surah Al-Fatihah, namun begitu masih ramai
umat Islam yang tidak fahama dan mengerti maknanya. Kebanyakan muslim yang membaca surah Al-Fatihah
hanya sekadar baca kerana ianya diwajibkan setiap kali seseorang itu solat.
Jarang yang memahami dan meghayati pengajaran dan pengertin surah ini.
Padahal dengan memahami kandungannya bereti juga memahami garis besar ajaran
Alquran. Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak faham erti Surah Al-Fatihah
kerana terjemahan Alquran mudah Kita dapati, demikian juga buku-buku yang
membahas surah ini banyak Kita jumpai. Inilah terjemahan Surah Al-Fatihah:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. “ (Al-Fatihah: 1-7)
Kerana Surah Al-fatihah merupakan induk dari semua isi
Alquran, setiap muslim diwajibkan membacanya pada tiap-tiap roka’at solat. Kerananya
dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) kerana
ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam setiap solat Kita, baik yang
fardhu lima waktu maupun yang sunnah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan
tentang hal ini,
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat
yang dibaca berulang-ulang dan Alquran yang agung. (Al-hijr: 87)
Tentang hubungan Surah Al-Fatihah dengan solat, Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak
ada solat bagi yang tidak membaca pembuka Al-Kitab (Surah Al-Fatihah) (HR.
Bukhari dan Muslim).
Selanjutnya di dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Barangsiapa mengerjakan solat yang tidak membaca Ummul Qur’an di dalamnya maka
solatnya pincang -tiga kali- yaitu tidak sempurna.” Maka ditanyakan kepada Abu
Hurairah, “Kalau kami sedang berada di belakang imam, bagaimana?” Beliau
menjawab, “Bacalah untuk diri kalian sendiri, kerana sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah ta’ala berfirman : ‘Aku membahagi solat
(Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku menjadi dua bahagian. Dan hamba-Ku akan
mendapatkan apa yang dia minta.’ Kalau hamba itu membaca, ‘Alhamdulillahi
Rabbil ‘alamin’, maka Allah ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’.
Kalau dia membaca, ‘Ar Rahmanirrahim’ maka Allah ta’ala menjawab,
‘Hamba-Ku menyanjung-Ku’. Kalau ia membaca, ‘Maliki yaumid din’ maka
Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengagungkan Aku’. Kemudian Allah mengatakan,
‘Hamba-Ku telah pasrah kepada-Ku’. Kalau ia membaca, ‘Iyyaka na’budu wa
iyyaka nasta’in’ maka Allah menjawab, ‘Inilah bahagian untuk-Ku dan bahagian
untuk hamba-Ku. Dan hamba-Ku pasti akan mendapatkan permintaannya.’. dan kalau
dia membaca, ‘Ihdinash shirathal mustaqim, shirathalladziina an’amta
‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin” maka Allah
berfirman, ‘Inilah hak hamba-Ku dan dia akan mendapatkan apa yang dimintanya.’
Surah Al-Fatihah juga dinamakan dengan “Asy Syifa”
yang artinya Penyembuh. Seorang sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
pernah mengubati orang yang sakit tersengat racun dengan Surah ini.
Alhamdulillah dengan idzin Allah sembuh.
Diriwayatkan dai Abu Said Al-Hudri r.a.:
‘Sesungguhnya beberapa orang dari sahabat Nabi datang
pada suatu kampung orang Arab dan penduduk desa tersebut tidak menyambutnya,
semua mereka sama, ketika itu ketua kampung mereka tersengat binatang beracun,
mereka bertanya: “Apakah kamu boleh mengubati?” Sahabat menjawab: “Kerana
kalian tidak menjamu kami, kami boleh mengubati kalian asal ada upahnya”. Maka
mereka menjanjikan upah seokor kambing. Kemudian sahabat tersebut
membacakan Ummul Qur’an (Al-Fatihah), dan ia mengumpulkan ludahnya dan meludahi
(luka yang tersengat). Maka ketua kamung itu sembuh dan memberikan kambing.
Para sahabat itu mengatakan: “Kami tidak mengambilnya sebelum bertanya pada
Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam”. Maka kami bertanya pada Nabi dan beliau
tertawa. Dan Nabi bersabda: “Adakah engkau tahu surah Al-Fatihah boleh untuk
penyembuhan, ambilah upahnnya dan berilah aku sebahagian”.
Ringkasan Kandungan Surah Al-Fatihah
Ayat pertama disebut dengan basmallah, yaitu Bismillahirrahmaanirrahiim
(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).
Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah yang
bersifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya
dimulai dengan menyebut nama Allah, seperti makan, minum, menyembelih haiwan
dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah
dengan sebenar-benarnya, yang tidak memerlukan makhluk-Nya, tapi makhluk yang
memerlukan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang
memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya,
sedang ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah
senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada makhluk-Nya.
Alhamdu lillahi robbil ‘aalamin (segala
puji bagi Allah Rabb sekalian alam). Memuji orang adalah kerana
perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemahuan sendiri. Maka memuji
Allah bererti: menyanjung-Nya kerana perbuatanNya yang baik. Lain halnya dengan
syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang
diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah kerana Allah
sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
Rabb (Tuhan) bererti: Tuhan yang ditaati Yang
Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal rabb tidak dapat dipakai selain
untuk Allah, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan
rumah). ‘Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang
terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam haiwan, alam
tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah pencipta semua makhluk
di alam ini.
“Hai umat manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah
menciptakan kalian serta orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Dia
lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit menjadi atap,
dan Dia lah yang menurunkan air hujan dari langit kemudian berkat air itu Allah
menumbuhkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, maka janganlah
kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (QS. Al
Baqarah: 21-22)
‘Ar-Rahman Ar-Rahim’ (Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang) merupakan dua buah nama Allah yang menunjukkan salah
satu sifat Allah yaitu rahmah (kasih sayang). Ar Rahman termasuk kategori nama
Allah yang hanya boleh dipakai untuk menyebut Allah. Sedangkan nama Ar Rahim
telah disebutkan di dalam al-Qur’an pemakaiannya boleh untuk menyebut
selain-Nya sesuai keterangan Alquran tentang sifat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam,
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari
kalangan kalian, terasa berat olehnya apa yang menyulitkan kalian, dan dia
sangat bersemangat untuk memberikan kebaikan bagi kalian, dan dia sangat lembut
dan menyayangi orang-orang yang beriman.” (QS. At Taubah: 128)
Ibnu Katsir mengungkapkan tatkala menjelaskan tafsir
basmalah di awal surah Al-Fatihah, “Kesimpulan yang dapat dipetik adalah
sebagian nama Allah ta’ala ada yang dipakai untuk menamai selain-Nya, dan ada
yang hanya boleh dipakai untuk menamai diri-Nya -seperti nama Allah, Ar Rahman,
Al Khaliq, Ar Raziq dan sebagainya- .”
‘Maliki yaumid din’ (Raja yang Menguasai Hari
Pembalasan) menunjukkan kewajiban beriman pada tauhid mulkiyah.
Allah subhanahu wa ta’ala adalah rabb segala sesuatu dan Penguasa atau Rajanya.
Seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa pun yang berada di antara keduanya
adalah milik-Nya. Dia lah Raja yang menguasai dunia dan akhirat. Allah ‘azza wa
jalla berfirman,
“Milik Allah kerajaan langit dan bumi serta segala
sesuatu yang ada di dalamnya, dan Dia Maha menguasai segala sesuatu.” (Al
Ma’idah: 120).
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Mulk: 1).
“Katakanlah; Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan
atas segala sesuatu, Dia yang melindungi dan tiada yang dapat terlindungi dari
siksa-Nya, jika kalian benar-benar mengetahui? Maka mereka akan menjawab,
‘Allah’. Katakanlah; Lantas dari sisi manakah kalian tertipu.” (QS. Al
Mu’minun: 88-89)
Beriman kepada Tauhidullah (keesaan Allah) terdapat
dalam empat ayat Al-Fatihah, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji
dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, kerana Allah adalah
Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini.
Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat
mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb dalam kalimah Rabbul-‘aalamiin
tidak hanya berarti Pencipta Alam semesta, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik, mengatur, menata dan menumbuhkan.
Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam
dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, kerana Dia-lah
Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan penumbuhan oleh Allah
di alam ini haruslah diperhatikan dan difikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya,
sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah
keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi
masyarakat.
Al-fatihah mengukohkan kepercayaan pada hari Akhirat, hari
pembalasan di saat manusia dipertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Yang
dimaksud dengan Raja Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada
hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya
sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung erti
janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman dosa
terhadap perbuatan yang buruk.
Oleh kerana keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang
pokok, maka didalam surah Al-Fatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat
saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka
na’budu wa iyyaka nasta’iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan
hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Inilah tawhidul Ibadat
yaitu penghambaan, pengabdian, dan ketundukan yang semata-mata ditujukan kepada
Allah. Na’budu diambil dari kata abida-ya’budu ibadah
yaitu kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan olehketundukan hati dan
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Ilah yang disembah, kerana
berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Nasta’iin
(minta pertolongan), terambil dari kata isti’aanah: mengharapkan bantuan
untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan
tenaga sendiri.
Surah yang agung ini juga mendidik Kita untuk berdoa kepada
Allah. Berdoa wajib dimulai dengan menyanjung Allah dengan segala sifat
kemuliaannya, mengagungkan Nama-nama-Nya kemudian menyatakan kesiapan untuk
bertawhid dalam ibadah dan mengakui Allah sebagai tempat meminta. Sebaik-baik
doa adalah memohon petunjuk bimbingan Allah kepada jalan yang lurus yaitu Jalan
kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud “Hidayah” disini ialah hidayah yang
menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang
mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran lain dari ilmu
Allah yang terdapat di dalam Alquran. Allah berfirman,
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Al Israa:
17)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab
(Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alquran
itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar- benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. (As-syuraa:52)
Kalimat, “Ihdinash shirathal musataqiim” (Tunjukilah
Kami ke jalan yang lurus) menjadi permintaan utama setiap muslim kepada
Rabbnya. Permintaan yang tidak ego kerana bukan untuk diri sendiri tetapi untuk
jamatul muslimiin yaitu Ummat Islam secara keseluruhan. Memohon yang terbaik
dalam kehidupan adalah memohon ni’mat hidayah yang nilainya jauh melebihi
keperluan dan keinginan lainnya di muka Bumi.. Tidak ada yang lebih nutama dari
petunjuk hidup, sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam kepada sahabat Ali bin Abi Tholib;
“Dan seandainya
Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab engkau, maka itu lebih baik
bagimmu daripada Dunia dan segala isinya” (HR. Muslim)
Alquran menjelaskan yang dimaksud Shirotol Mustaqim dengan
ayat berikutnya yaitu “Shirathalladzinaa an’aamta alayhim” (yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka). Yang dimaksud
dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para
shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa’ (orang-orang
yang mati syahid), shaalihiin (orang-orang yang saleh) sebagaimana disebutkan
di dalam Alquran
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya),
mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (An Nisaa:69)
Kemudian ditegaskan pula bahwa jalan tersebut “groiril
maghduubi alayhim waladh-dhooliiin”. (Bukan jalan orang-orang yang
dimurkai dan orang-orang yang sesat). Maksudnya ialah bukan golongan mereka
yang tidak memperoleh cahaya petunjuk dan berjalan dalam kebodohan terhadap
kebenaran Allah, Rasul, dan ajaran Islam. Siapa saja mereka yang sesat dan orang-orang
yang dimurkai Allah disebutkan oleh Alquran secara jelas. Di dalam tafsir Ibnu
Abbas disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Al
yahuudu maghduubun ‘alayhim wan nashoro dhooluun” (Orang-orang yahudi dimurkai
Allah kelakuannya sedangkan orang-orang Nasrani tersesat)
Yahudi dengan perilakunya adalah contoh mereka yang
dilaknati dan dimurkai Allah sepanjang sejarah manusia.. disebabkan kejahatan
mereka terhadap dakwah sejak zaman Nabi Musa Alaihis Salaam hingga zaman Kita
sekarang ini… Sedangkan kaum Nasrani sering membuat-buat kedustaan terhadap
Allah, akibatnya keimanan mereka kepada Allah kacau balau dan campur aduk
dengan kebatilan… Alquran berulangkali menceritakan kisah para Nabi dan kisah orang-orang
dahulu lainnya yang menentang Allah. Mereka ada yang sesat dan ada pula yang
dimurkai Allah… Kisah-kisah itu dimaksudkan sebagai pelajaran yang penting bagi
Kaum Muslimin dan menjadi pedoman mereka sepanjang hayat.
Kerana menjadi induk Alquran maka kandungan Surah Al-Fatihah
sangat luas bagaikan samudra yang tidak bertepi. Apa yang Kita ringkas ini
hanyalah setitis sahaja dari keluasan ilmu Allah di dalam Surah yang agung ini.
Wallahu a’lam
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/03/13/65667/keagungan-surah-al-fatihah/#ixzz49qHbtotQ
No comments:
Post a Comment
Thanks for your comments, I will reply soon.