RAIHANPAHIMI

publish your book for free?AFF=9142

Wednesday, 22 June 2016

Keagungan Surah Al-Fatihah




Keagungan Surah Al-Fatihah

Setiap orang Islam yang taat kepada ajaran agama, sudah pasti akan menghafar surah Al-fatihah. Al-fatihah adalah 7 ayat yang di wajib dibaca dalam solat 5 waktu sehari semalam. Kanak-kanak yang terdidik oleh keluarga muslim semenjak dari kecil lagi telah dilatih untuk menghafal surah Al-Fatihah. Inilah surah agung yang sentiasa dibaca oleh seluruh umat Islam di serantau dunia setiap hari di sepanjang zaman dan ianya akan berterusan sehingga hari kiamat. InsyaAllah.

Al-Fatihah artinya “pembuka” berasal dari kata fatiha-yaftahu yang artinya “membuka sesuatu untuk mencapai kejayaan atau kemenangan”. Sesuai namanya, surah ini merupakan pembukaan dari Kitabullah Alquran yang terdiri dari 30 Juz dan 114 Surah itu. Al-fatihah hanya terdiri dari 7 (tujuh) ayat yang kandungannya merupakan intisari seluruh Alquran. Kerana itu dinamakan juga Ummul Quran (induk Alquran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab). Surah Al-Fatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surah-surah yang ada dalam Alquran dan termasuk golongan surah Makkiyyah.

Keistimewaan Tujuh Ayat yang Dibaca Berulang-ulang

Sungguhpun hair semua umat muslim membaca dan hafal surah Al-Fatihah, namun begitu masih ramai umat Islam yang tidak fahama dan mengerti maknanya.  Kebanyakan muslim yang membaca surah Al-Fatihah hanya sekadar baca kerana ianya diwajibkan setiap kali seseorang itu solat. Jarang yang memahami dan meghayati pengajaran dan pengertin surah ini. Padahal dengan memahami kandungannya bereti juga memahami garis besar ajaran Alquran. Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak faham erti Surah Al-Fatihah kerana terjemahan Alquran mudah Kita dapati, demikian juga buku-buku yang membahas surah ini banyak Kita jumpai. Inilah terjemahan Surah Al-Fatihah:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. “  (Al-Fatihah: 1-7)

Kerana Surah Al-fatihah merupakan induk dari semua isi Alquran, setiap muslim diwajibkan membacanya pada tiap-tiap roka’at solat. Kerananya dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) kerana ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam setiap solat Kita, baik yang fardhu lima waktu maupun yang sunnah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan tentang hal ini,
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Alquran yang agung. (Al-hijr: 87)

Tentang hubungan Surah Al-Fatihah dengan solat, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada solat bagi yang tidak membaca pembuka Al-Kitab (Surah Al-Fatihah) (HR. Bukhari dan Muslim).

Selanjutnya di dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa mengerjakan solat yang tidak membaca Ummul Qur’an di dalamnya maka solatnya pincang -tiga kali- yaitu tidak sempurna.” Maka ditanyakan kepada Abu Hurairah, “Kalau kami sedang berada di belakang imam, bagaimana?” Beliau menjawab, “Bacalah untuk diri kalian sendiri, kerana sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah ta’ala berfirman : ‘Aku membahagi solat (Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku menjadi dua bahagian. Dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta.’ Kalau hamba itu membaca, ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’, maka Allah ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Kalau dia membaca, ‘Ar Rahmanirrahim’ maka Allah ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku menyanjung-Ku’. Kalau ia membaca, ‘Maliki yaumid din’ maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengagungkan Aku’. Kemudian Allah mengatakan, ‘Hamba-Ku telah pasrah kepada-Ku’. Kalau ia membaca, ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ maka Allah menjawab, ‘Inilah bahagian untuk-Ku dan bahagian untuk hamba-Ku. Dan hamba-Ku pasti akan mendapatkan permintaannya.’. dan kalau dia membaca, ‘Ihdinash shirathal mustaqim, shirathalladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin” maka Allah berfirman, ‘Inilah hak hamba-Ku dan dia akan mendapatkan apa yang dimintanya.’

Surah Al-Fatihah juga dinamakan dengan “Asy Syifa” yang artinya Penyembuh. Seorang sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah mengubati orang yang sakit tersengat racun dengan Surah ini. Alhamdulillah dengan idzin Allah sembuh. 

Diriwayatkan dai Abu Said Al-Hudri r.a.:
‘Sesungguhnya beberapa orang dari sahabat Nabi datang pada suatu kampung orang Arab dan penduduk desa tersebut tidak menyambutnya, semua mereka sama, ketika itu ketua kampung mereka tersengat binatang beracun, mereka bertanya: “Apakah kamu boleh mengubati?” Sahabat menjawab: “Kerana kalian tidak menjamu kami, kami boleh mengubati kalian asal ada upahnya”. Maka mereka menjanjikan upah seokor kambing. Kemudian sahabat tersebut membacakan Ummul Qur’an (Al-Fatihah), dan ia mengumpulkan ludahnya dan meludahi (luka yang tersengat). Maka ketua kamung itu sembuh dan memberikan kambing. Para sahabat itu mengatakan: “Kami tidak mengambilnya sebelum bertanya pada Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam”. Maka kami bertanya pada Nabi dan beliau tertawa. Dan Nabi bersabda: “Adakah engkau tahu surah Al-Fatihah boleh untuk penyembuhan, ambilah upahnnya dan berilah aku sebahagian”.

Ringkasan Kandungan Surah Al-Fatihah

Ayat pertama disebut dengan basmallah, yaitu Bismillahirrahmaanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah yang bersifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah, seperti makan, minum, menyembelih haiwan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak memerlukan makhluk-Nya, tapi makhluk yang memerlukan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Alhamdu lillahi robbil ‘aalamin (segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam). Memuji orang adalah kerana perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemahuan sendiri. Maka memuji Allah bererti: menyanjung-Nya kerana perbuatanNya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah kerana Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

Rabb (Tuhan) bererti: Tuhan yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal rabb tidak dapat dipakai selain untuk Allah, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). ‘Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam haiwan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah pencipta semua makhluk di alam ini.

“Hai umat manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian serta orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Dia lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit menjadi atap, dan Dia lah yang menurunkan air hujan dari langit kemudian berkat air itu Allah menumbuhkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, maka janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 21-22)
‘Ar-Rahman Ar-Rahim’ (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) merupakan dua buah nama Allah yang menunjukkan salah satu sifat Allah yaitu rahmah (kasih sayang). Ar Rahman termasuk kategori nama Allah yang hanya boleh dipakai untuk menyebut Allah. Sedangkan nama Ar Rahim telah disebutkan di dalam al-Qur’an pemakaiannya boleh untuk menyebut selain-Nya sesuai keterangan Alquran tentang sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian, terasa berat olehnya apa yang menyulitkan kalian, dan dia sangat bersemangat untuk memberikan kebaikan bagi kalian, dan dia sangat lembut dan menyayangi orang-orang yang beriman.” (QS. At Taubah: 128)

Ibnu Katsir mengungkapkan tatkala menjelaskan tafsir basmalah di awal surah Al-Fatihah, “Kesimpulan yang dapat dipetik adalah sebagian nama Allah ta’ala ada yang dipakai untuk menamai selain-Nya, dan ada yang hanya boleh dipakai untuk menamai diri-Nya -seperti nama Allah, Ar Rahman, Al Khaliq, Ar Raziq dan sebagainya- .”

‘Maliki yaumid din’ (Raja yang Menguasai Hari Pembalasan) menunjukkan kewajiban beriman pada tauhid mulkiyah. Allah subhanahu wa ta’ala adalah rabb segala sesuatu dan Penguasa atau Rajanya. Seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa pun yang berada di antara keduanya adalah milik-Nya. Dia lah Raja yang menguasai dunia dan akhirat. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“Milik Allah kerajaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di dalamnya, dan Dia Maha menguasai segala sesuatu.” (Al Ma’idah: 120).

“Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Mulk: 1).
“Katakanlah; Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu, Dia yang melindungi dan tiada yang dapat terlindungi dari siksa-Nya, jika kalian benar-benar mengetahui? Maka mereka akan menjawab, ‘Allah’. Katakanlah; Lantas dari sisi manakah kalian tertipu.” (QS. Al Mu’minun: 88-89)

Beriman kepada Tauhidullah (keesaan Allah) terdapat dalam empat ayat Al-Fatihah, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, kerana Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. 

Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb dalam kalimah Rabbul-‘aalamiin tidak hanya berarti Pencipta Alam semesta, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik, mengatur, menata dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, kerana Dia-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan difikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat.

Al-fatihah mengukohkan kepercayaan pada hari Akhirat, hari pembalasan di saat manusia dipertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Yang dimaksud dengan Raja Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung erti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman dosa terhadap perbuatan yang buruk.

Oleh kerana keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surah Al-Fatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Inilah tawhidul Ibadat yaitu penghambaan, pengabdian, dan ketundukan yang semata-mata ditujukan kepada Allah. Na’budu diambil dari kata abida-ya’budu ibadah yaitu kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan olehketundukan hati dan perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Ilah yang disembah, kerana berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Nasta’iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti’aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Surah yang agung ini juga mendidik Kita untuk berdoa kepada Allah. Berdoa wajib dimulai dengan menyanjung Allah dengan segala sifat kemuliaannya, mengagungkan Nama-nama-Nya kemudian menyatakan kesiapan untuk bertawhid dalam ibadah dan mengakui Allah sebagai tempat meminta. Sebaik-baik doa adalah memohon petunjuk bimbingan Allah kepada jalan yang lurus yaitu Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud “Hidayah” disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran lain dari ilmu Allah yang terdapat di dalam Alquran. Allah berfirman,

Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Al Israa: 17)

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (As-syuraa:52)

Kalimat, “Ihdinash shirathal musataqiim” (Tunjukilah Kami ke jalan yang lurus) menjadi permintaan utama setiap muslim kepada Rabbnya. Permintaan yang tidak ego kerana bukan untuk diri sendiri tetapi untuk jamatul muslimiin yaitu Ummat Islam secara keseluruhan. Memohon yang terbaik dalam kehidupan adalah memohon ni’mat hidayah yang nilainya jauh melebihi keperluan dan keinginan lainnya di muka Bumi.. Tidak ada yang lebih nutama dari petunjuk hidup, sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam kepada sahabat Ali bin Abi Tholib;
 “Dan seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab engkau, maka itu lebih baik bagimmu daripada Dunia dan segala isinya” (HR. Muslim)

Alquran menjelaskan yang dimaksud Shirotol Mustaqim dengan ayat berikutnya yaitu “Shirathalladzinaa an’aamta alayhim” (yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka). Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa’ (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin (orang-orang yang saleh) sebagaimana disebutkan di dalam Alquran
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (An Nisaa:69)

Kemudian ditegaskan pula bahwa jalan tersebut “groiril maghduubi alayhim waladh-dhooliiin”. (Bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat). Maksudnya ialah bukan golongan mereka yang tidak memperoleh cahaya petunjuk dan berjalan dalam kebodohan terhadap kebenaran Allah, Rasul, dan ajaran Islam. Siapa saja mereka yang sesat dan orang-orang yang dimurkai Allah disebutkan oleh Alquran secara jelas. Di dalam tafsir Ibnu Abbas disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Al yahuudu maghduubun ‘alayhim wan nashoro dhooluun” (Orang-orang yahudi dimurkai Allah kelakuannya sedangkan orang-orang Nasrani tersesat)

Yahudi dengan perilakunya adalah contoh mereka yang dilaknati dan dimurkai Allah sepanjang sejarah manusia.. disebabkan kejahatan mereka terhadap dakwah sejak zaman Nabi Musa Alaihis Salaam hingga zaman Kita sekarang ini… Sedangkan kaum Nasrani sering membuat-buat kedustaan terhadap Allah, akibatnya keimanan mereka kepada Allah kacau balau dan campur aduk dengan kebatilan… Alquran berulangkali menceritakan kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu lainnya yang menentang Allah. Mereka ada yang sesat dan ada pula yang dimurkai Allah… Kisah-kisah itu dimaksudkan sebagai pelajaran yang penting bagi Kaum Muslimin dan menjadi pedoman mereka sepanjang hayat.

Kerana menjadi induk Alquran maka kandungan Surah Al-Fatihah sangat luas bagaikan samudra yang tidak bertepi. Apa yang Kita ringkas ini hanyalah setitis sahaja dari keluasan ilmu Allah di dalam Surah yang agung ini. 


Wallahu a’lam








 

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/03/13/65667/keagungan-surah-al-fatihah/#ixzz49qHbtotQ

No comments:

Post a Comment

Thanks for your comments, I will reply soon.