RAIHANPAHIMI

publish your book for free?AFF=9142

Friday 4 September 2015

Membangun Budaya Mencintai dan Menjaga Kebersihan


Kita pasti pernah mendengar sebuah ugkapan Hadits berikut:
 “an-nazhaafatu minal iimaan” yang artinya adalah “Kebersihan sebagian dari Iman (HR. Muslim).

Hadis ini sangatlah tepat untuk menggambarkan bahwa kebersihan dalam Islam itu sangat penting. Selain Hadis di atas, ada beberapa ayat Al-Qur’an dan juga Hadis Nabi yang menyebutkan bahwa Allah itu mencintai kebersihan antara lain :

Dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersih. (Q.S. At-Taubah [9]: 108)

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang bersih. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 222)

Sesungguhnya Islam itu bersih, hendaklah kamu mewujudkan kebersihan karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih. (H.R. Khatib)

Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi”. (HR. Tirmidzi)[1]


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Allah dan Rasul-Nya memerintahkan dan mengamanahkan kepada kita untuk mencintai dan menjaga kebersihan dalam segala aspek kehidupan di dunia ini. Bukan hanya kebersihan diri yang kita jaga tapi juga kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita sehingga kita menerapkannya secara kaffah (menyeluruh) sesuai perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an, Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S. Al-Baqarah [2]: 208).

Kalau kebersihan merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sudah seharusnyalah kita bersungguh-sungguh melaksanakan atau menerapkan kebersihan itu dalam kehidupan kita sebagai wujud dari rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana disinggung dalam Al-Qur’an, Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S. Ali Imran [3]: 31). Karena mencintai Allah dan Rasul-Nya itu tidak ada jalan kecuali dengan cara percaya kepada-Nya serta menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang dinamakan beriman dan bertaqwa.

Kebersihan dapat diterapkan dalam masalah ibadah (hubungan dengan Allah SWT), kita boleh ambil contoh dalam mendirikan solat. Sebelum kita melaksanakan ibadah sholat maka kita harus membersihkan diri dulu dengan berwudhu. Kita basuh telapak tangan, mulut dan hidung kita, lalu muka, kedua tangan, kepala, telinga dan kaki kita dengan air sehingga anggota tubuh kita menjadi bersih. Hal ini sesuai perintah Allah dalam Al-Qur’an, 
Hai orang-orang yang beriman apabila kalian hendak mendirikan solat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (cucilah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki(Q.S. Al-Maidah [5]: 6).

Secara fisikal, sebagaimana dijelaskan dalam Ilmu Fiqih, berwudhu adalah membersihkan kekotoran yang menempel pada anggota tubuh kita yang terbuka. Sedangkan secara rohani, sebagaimana dijelaskan oleh Ulama Tasawuf, wudhu adalah membersihkan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh anggota tubuh kita seperti  memaki, berbohong, makan makanan haram yang dilakukan oleh mulut kita, lalu melihat sesuatu yang tidak halal yang dilakukan oleh mata kita, mencium sesuatu yang tidak halal oleh hidung kita, mengambil sesuatu dengan cara yang tidak halal oleh tangan kita, mendengar sesuatu yang tidak sepatutnya didengar oleh telinga, dan mengunjungi tempat-tempat haram yang dilakukan oleh kaki kita. Dengan demikian wudhu juga merupakan cara bertaubat sebelum menghadap Allah (solat).

Selain berwudhu kita juga disunnahkan untuk bersiwak sebelum melaksanakan solat sesuai Hadis berikut:“Jika aku tidak menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi) setiap hendak shalat (HR. Bukhari).
Dilihat dari kalimatnya, Rasulullah sebenarnya hendak mewajibkan umatnya untuk selalu menggosok gigi bila hendak sholat, tapi beliau khawatir hal ini akan memberatkan umatnya.

Selain kita membersihkan anggota badan sebelum solat, kita juga harus berpakaian yang bersih dan sopan. Analoginya jika kita mau bertemu kekasih yang kita cintai memakai pakaian yang bersih dan wangi, tentulah kita mandi dulu lalu berpakaian cantik, bersih, pakai wangi-wangian dan sebagainya. Hal ini bukanlah sebuah perintah dari Allah atau Rasul, tapi toh kita melakukannya. Nah jika mau bertemu seorang kekasih saja kita lakukan demikian plus tanpa ada perintah Tuhan pula, tentu sudah sewajarnyalah jika kita melakukan persiapan yang lebih dari itu manakala akan bertemu dan berkomunikasi dengan Zat yang Maha Agung, Maha Mulia, Maha Bersih yang mencintai kebersihan.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman: Dan pakaianmu sucikanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah. (Q.S. Al-Muddatstsir [74]: 4-5).

Yang tidak kurang pentingnya sebelum kita mendirikan solat yaitu menyiapkan tempat solat yang bersih yang bebas dari kotoran atau najis. Tidak sah solat di tempat yang najis. Maka disarankan untuk selalu membersihkan tempat solat sebelum digunakan untuk ibadah. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an:
 Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku dan sujud'.” (Q.S. Al-Hajj [22]: 26)

Jika semua persiapan sudah siap, maka mulailah kita melaksanakan solat. Solat yang diterima Allah adalah solat yang khusyu’ bukan solat yang lagha. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, 
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam solatnya (Q.S. Al-Mu’minuun [23]: 1-2).
Dalam ayat yang lain disebutkan, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 45).
Untuk dapat mendirikan solat yang khusyu’ memang sangat susah. Diperlukan persiapan yang rapi yang dimu;ai dengan wudhu yang sebaik-baiknya yaitu dengan niat bertaubat karena Allah semata. Lalu dalam solat selain zahir kita menghadap kiblat, batin kitapun harus tertuju kepada Allah semata, tidak boleh ada dalam hati kita suatu urusan selain urusan mengingat Allah. Jadi dalam solat, hati kita harus bersih dari segala penyakit-penyakit seperti iri hati, dengki, buruk sangka, riya, ujub dan lain sebagainya. Jika sudah dapat mendirikan solat khusyu’, maka itulah solat yang kaffah dan menjadi solat yang sempurna yang diterima dan diridai Allah SWT. “Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang yang membersihkan dirinya”. (Q.S. Al-A’laa [87]: 14).

Kebersihan bukan hanya khusus dalam ibadah solat saja tapi ibadah-ibadah yang lainpun seperti puasa, zakat dan haji selalu ada tema kebersihan di dalamnya, apakah itu kebersihan jasmani maupun kebersihan rohani.

Selain dalam masalah ibadah, kita juga harus menerapkan kebersihan dalam hal muamalah (hubungan antara sesama makhluk) seperti dalam hidup berkeluarga dan dalam hidup bermasyarakat.

Penerapan kebersihan dalam hidup berkeluarga antara lain :

Membersihkan diri sebelum tidur (berwudhu dan menggosok gigi), sesuai perintah Rasulullah dalam Haditsnya, “Bersihkanlah badan. maka Allah akan membersihkan kamu. Maka sesungguhnya tidak ada seorang 'abdi (muslim) yang tidur dalam keadaan suci/bersih kecuali tidur bersamanya, pada rambut-rambutnya, malaikat yang tidak ada henti-hentinya mendoa. ‘Ya Allah ampunilah abdimu ini karena sesungguhnya ia tidur dalam keadaan suci/bersih’.” (HR. Thabrani, Ibnu Hibban) dan “Tidak ada seorang Muslim yang tidur dalam keadaan suci/bersih kemudian ia bangun (shalat malam) memohon kepada Allah akan kebaikan di dunia dan di akhirat, kecuali Allah memberikannya kepada orang tersebut”. (HR. Abu Dawud).

Membiasakan diri menjaga kebersihan badan, sesuai Hadits Rasulullah, “Sepuluh macam dari fitrah yaitu memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, menghirup air ke hidung, memotong kuku, membasuh lekuk telinga atau sela-sela kuku jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, cebok dan berkumur”. (HR. Muslim)[2].

Membersihkan halaman rumah, sesuai perintah Rasulullah, “Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi”. (HR. Tirmidzi)[3].

Penerapan kebersihan dalam hidup bermasyarakat antara lain :

Tidak buang air besar atau air kecil di sembarang tempat, sebagaimana larangan Rasulullah, “Jauhilah (perbuatan) dua orang yang menyebabkan laknat, yaitu orang yang buang air besar dan air kecil di jalanan yang biasa dilewati orang banyak atau di tempat-tempat mereka berteduh”. (HR. Muslim).
Membersihkan sampah dari jalan atau membuangnya pada tempat yang seharusnya, sebagaimana perintah Rasulullah, “Buanglah duri/sampah dari jalan. Sesungguhnya hal demikian itu termasuk dari sedekahmu”. (HR. Bukhari). Perbuatan ini merupakan amal yang baik sebagaimana sabda Rasulullah, “Diperlihatkan  kepadaku amal-amal perbuatan umatku, yang baik maupun yang jelek, aku mendapatkan dalam kelompok amal perbuatan yang baik, diantaranya menghilangkan gangguan dari jalan, dan aku mendapatkan  dalam kelompok  perbuatan yang jelek diantaranya, ingus yang dibiarkan di masjid tanpa ditutupi atau dibuang”. (HR. Muslim).

Kita sering mengalami bencana alam yang disebabkan oleh perbuatan kita sendiri seperti musibah banjir dan tanah runtuh, salah satu sebabnya adalah kerana kita, orang-orang yang menghuni alam ini, tidak menjaga kebersihan persekitaaran kita seperti membuang sampah dimerata tempat di longkang, parit dan saliran, di sungai bahkan di jalan, juga menembang pokok-pokok tanpa mempedulikan keseimbangan alam.
Sebagai makhluk hidup yang diberi amanah Allah sebagai khalifah fil ardh, manusia seharusnya mesti menjaga keimbangan antara dirinya dan alam sekitarnya. Jika keseimbangan ini tidak tercapai maka akan terjadi ketidakseimbangan alam yang bisa menyebabkan murka Allah dengan timbulnya berbagai macam musibah atau bencana.

Oleh kerana itu, mari kita bermuhasabah pada diri kita, apakah kita sudah menjaga kebersihan badan kita? Apakah kita sudah menjaga kebersihan rumah dan halaman kita? Apakah kita sudah membiasakan diri menjaga kebersihan alam dan persekitar di sekeliling kita?

Kalau belum, mari kita ubah cara berfikir kita terhadap masalah kebersihan (cintailah kebersihan sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintai kebersihan dan orang-orang yang bersih), marilah kita  mulai belajar dan berlatih membiasakan diri menjaga kebersihan  dimulai dengan melakukan perkara-perkara yang kecil dahulu  misalnya membuang sampah pada tempatnya, membuangkan duri di jalanraya, dan lain-lain. Memang tidak mudah mengubah cara berfikir dan perilaku sesorng, tapi jika ada hasrat dan kemahuan, kita pasti boleh melakukannya.

Ingatlah juga bahwa kebersihan adalah sebahagian dari amal (akhlak) baik yang akan dilihat oleh Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik sesuai firman-Nya, "Dan berbuat baiklah (ihsan), kerana sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 195).


Sumber : Muhammad Khaliq




Rujukan:
1.       Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, I/70; Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, [Jakarta : GIP], cetakan keenam, 1993, hal. 311

2.       Sahih Muslim, Kitab At-Taharah Hadis No. 0502

No comments:

Post a Comment

Thanks for your comments, I will reply soon.