RAIHANPAHIMI

publish your book for free?AFF=9142

Monday, 7 September 2015

Pemimpin yang Menipu dan Menzalimi Rakyat Apa Hukumnya Dalam Islam ?




Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Ada tiga jenis yang Allah tidak akan mengajak berbicara mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka dan bagi mereka siksaan yang pedih. Orang tua yang berzina, raja yang berdusta, dan orang miskin yang sombong'," (HR Muslim [107]).

Diriwayatkan dari Ma'qil bin Yasar r.a, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Tidak seorang hamba pun yang MENDAPAThttp://cdncache1-a.akamaihd.net/items/it/img/arrow-10x10.png amanah dari Allah untuk memimpin rakyat, lantas ia meninggal pada hari meninggalnya dalam keadaan mengkhianati rakyatnya kecuali Allah haramkan atasnya surga," (HR Bukhori [7150]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda, "Tidaklah seorang lelaki memimpin sepuluh orang atau lebih kecuali ia akan mendatangi Allah Azzawajalla dalam keadaan terikat dari tangan hingga lehernya pada hari kiamat. Kebaikan yang ia lakukan akan melepaskannya dari ikatan atau dosanya akan membuat dirinya celaka. Awalnya celaan, pertengahannya penyesalan dan akhirnya merupakan kehinaan pada hari kiamat," (Hasan, HR Ahmad [V/267]).

Masih diriwayatkan dari Abu Umamah r.a, Rasulullah saw. bersabda, "Ada dua jenis ummatku yang tidak akan Mendapat syafa'atku: pemimpin yang zhalim dan berbuat semena-mena, setiap orang yang melapui batas dan sesat," (Hasan, HR ath-Thabrani [8027]).

Diriwayatkan dari Amr bin Murrah, ia berkata, "Aku katakan kepada Muawiyyah bin Abi Sofyan, 'Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Tidaklah seorang pemimpin atau seorang penguasa menutup pintunya dari orang-orang yang memiliki kebutuhan dan keperluan serta orang-orang fakir, kecuali Allah akan menutup pintu langit dari keperluan, kebutuhan, dan hajatnya'."

Amr bin Murrah berkata, "Sejak itu Muawiyah menunjuk seorang wakilnya untuk mengurusi kebutuhan masyarakat," (Shahih, HR at-Tirmidzi [1332]).

PEMIMPIN DALAM ISLAM:
Kepimpinan ada satu amanah yang dipertangung jawabkan kepada sesiapa yang dipilih menjadi pemimpin, bukanya satu kuasa mandotori yang diberi kepada pemimpin untuk lakukan apa sahaja. Islam meletakkan darjat yang lebih tinggi bagi pemimpin yang bertanggung jawab dan membawa pengikut untuk menuju keradaan Allah.
Sebaliknya jika seorang pemimpin itu zalim, iaitu menggunkan kuasa untuk mendapat kekayaan peribadi atau keroninya, makan dia telah di aggap telah melakukan satu kezaliman pada diri sendiri dan juga kepada semua  rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin sebegini amat di benci oleh Islam dan dia akan mendapat kemurkaan Allah diakhirat kelak . Tempat mereka yang zalam adalah  dalam Neraka yang amat panas dengan api yang menyala-nyala.

1. Ancaman keras dan celaan terhadap pemimpin lalim yang diangkat Allah untuk memerintah rakyat, namun mereka justru mengkhanati, menyianyiakan, mengzhalimi, menipu, dan membohongi rakyat. Mereka selalu memberi iming-iming namun tidak pernah ditepati. Oleh karena itu, semua hamba yang terzhalimi akan menuntut mereka pada hari kiamat kelak, akibatlah timbullah kerugian, kehinaan, dan penyesalan.

2. Sepantasnya seorang pemimpin senantiasa membuka pintunya untuk memenuhi kebutuhan rakyat, untuk mendengar laporan orang-orang yang terzhalimi. Barangsiapa menutup pintunya maka Allah akan menghukumnya dengan tidak menerima do'anya dan tidak akan diperkenankan segala permohonannya.

3. Kezhaliman, kejahatan, dan penipuan yang dilakukan oleh para pemimpin akan menghalanginya untuk mendapatkan syafa'at Rasulullah saw. Dari sini jelaslah bahwa dosa mereka lebih besar daripada pelaku dosa-dosa besar, sebab syafa'at Rasulullah saw. tetapi diberikan kepada ummat beliau yang melakukan dosa besar.

4. Kekuasaan dan kepemimpinan adalah sebuah beban. Bagi orang yang mau menerima bahan tersebut sudah selayaknya melaksanakan semua kewajibannya agar ia tidak menjadi seorang pengkhianat lalu dicampakkan ke dalam Jahannam dalam keadaan yang hina-dina.

Wallahu’alam.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/557-560

No comments:

Post a Comment

Thanks for your comments, I will reply soon.