RAIHANPAHIMI

publish your book for free?AFF=9142

Monday, 20 April 2015

DOSA FITNAH

DOSA MEMBICARA KEBUKUKAN ORANG LAIN

Membuka aib orang lain merupakan perbuatan yang sangat keji. Selain tercela, perbuatan itu merupakan dosa besar. Rasulullah  SAW bersabda: 

“Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan ditutupi aibnya di dunia dan di akhirat” (HR Ibnu Majah Juz II/79, shahih).
"Siapa yang mengajak kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan siapa yang mengajak kesesatan maka baginya dosa seperti dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun”. HR Muslim 2674

Firman Allah yang artinya:  
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia (QS An Nisa: 114).

Bahkan Nabi Muhammad SAW  juga megajar kepada umat muslim untuk menutupi rahasia (keburukan) sudara muslim lainnya. Dalam sabda Rasulullah disebutkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang artinya:

 "Tahukah kamu apakah ghibah atau menceritakan aib orang lain itu? Maka para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan:

“ Yaitu kamu menyebut saudaramu dengan sesuatu yang dia benci? Maka ada sebahagian sahabat yang bertanya: Beritahukan kepada kami, bagaimana jika yang saya katakan ada padanya? Beliau nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Jika yang kamu katakan ada padanya, maka kamu telah berbuat ghibah, dan jika tidak ada padanya apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta padanya”. (HR Muslim).

Dari penjelasan di atas telah banyak larangan-larangan yang bersumber kepada Al Qur'an dan As Sunnah tentang membuka aib orang lain. Dan secara psikologis, membuka dan membicarakan aib orang lain merupakan gangguan kepribadian yang harus segera di ubati. Sebab jika tidak segera di atasi maka akan memunculkan penyakit hati dan berkesudahan kepada kekufuran.
Lebih baik kita membetulkan niat dan memperbaiki ibadah kita sendiri. Ambil cermin dan lihatlah kesalahan dan kelemahan kita. Sudah banyak Allah menutupi kesalahan-kesalahan kita, tidak terhitung betapa kasih dan rahmat Allah kepada kita sehingga keburukan-keburukan kita dilindungi-Nya.

Allah juga berfirman di dalam surat Al Hujurat ayat 12 yang artinya: 

“Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”.

Memang pada kenyataannya untuk mencegah perbuatan dan sifat tercela sangat berat godaannya. Tetapi Allah sudah memberikan akal untuk memilih, yang paling penting niat dan ikhtiar merupakan hal yang wajib. Maka dari itu, apabila ada saudara muslim disekeliling yang suka menceritakan kejelekan, maka kewajiban kita mengingatkan dan mencegahnya.

"Saudaraku seiman, kita ini manusia yang lemah. Tidak ada manusia yang hidup tanpa salah dan dosa. Bahkan kita wajib memimiliki dosa. Maka dari itu, jadilah kita hamba-hamba Allah yang saling mengingatkan dan memaafkan kesalahan orang lain, bukan menjadi hakim atas kesalahan dan aib orang lain”

Rasulullah bersabda: Dari Anas radhiyallahu, ketika aku (Rasulullah) dinaikkan (mi'raj), aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku dari kuningan, mereka mencakar-cakar muka dan dada mereka sendiri, maka aku (Rasulullah) berkata: Siapa mereka itu, wahai Jibril? Maka Jibril pun menjawab: Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (membicarakan aib) dan menyentuh kehormatan mereka" (HR Abu Daud).

Dari penjelasan hadis di atas, maksudnya haram bagi seorang muslim untuk membunuh, memakan harta, atau melecehkan kehormatan muslim lainnya dengan cara yang tidak dibolehkan dalam syariat. Menceritakan aib orang lain adalah termasuk dosa besar dan termasuk maksiat yang paling tersebar dikalangan kaum muslimin. Dan mereka menganggap remeh permasalahan ini sehingga mereka tidak memungkiri perbuatan tersebut jika terjadi dihadapan mereka.

Ghibah atau membicarakan kejahatan atau keburukan orang lain merupakan di antara penyebab terjadinya permusuhan antara kaum muslimin dan merosakkan persaudaraan di antara mereka. Kerana buruknya perbuatan ghibah ini Allah Ta'ala mengumpamakan orang yang berbuat ghibah dengan orang yang makan daging saudaranya dalam keadaan mati. 

 .
Wallahu alam

No comments:

Post a Comment

Thanks for your comments, I will reply soon.